Faktanya adalah pembibitan Mangrove (Bakau) yang mengambil lokasi di Desa Pulau Burung Kecamatan Simpang Empat. Tak terhitung jumlah bibit Mangrove yang telah dihasilkan dan keluar dari Desa Pulau Burung untuk ditanam di pesisir dan pantai untuk penahan abrasi ombak yang tidak saja di wilayah Tanah Bumbu tapi juga di wilayah lain seperti Kotabaru dan Tanah Laut yang sama memiliki pesisir dan pantai.
Menurut seorang penggiat lingkungan hidup di Desa Pulau Burung, Samsu Baco yang juga terlibat pembibitan Mangrove itu; keberadaan lokasi pembibitan tersebut merupakan pelaksanaan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan Keluarga Besar H. Maming yang dimulai pada penghujung tahun 2017 hingga saat ini.
Menurut Samsu Baco, dulunya di tahun 2006 awal mula pembibitan Mangrove difasilitasi oleh PT Arutmin Indonesia hingga 2015, yang nyaris menutup lokasi pembibitan karena pihak perusahaan sudah melepas perhatiannya dan Pemerintah Daerah tak memiliki anggaran untuk itu. Tak ada kegiatan selama kurun waktu 2 tahun hingga akhirnya dilanjutkan oleh CSR perusahaan milik Keluarga Besar H. Maming.
"Sudah sekitar 80 ribu bibit Mangrove yang keluar dari Pulau Burung," ungkap Samsu Baco, yang melibatkan para warga setempat sebagai pekerja di pembibitan tersebut.
Dan menurut Samsu Baco pula, keterlibatan Syafruddin H. Maming atau Cuncung di pembibitan itu juga patut diapresiasi, sehingga warga pun sangat mengenalnya. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Momentar Anda adalah cerminan otak Anda, maka lebih baik diam daripada sok tahu.