Hari yang cerah di angkasa perairan Selat Laut yang memisahkan daratan Pulau Laut Kabupaten Kotabaru dengan daratan Pulau Kalimantan di Kabupaten Tanah Bumbu.
Dari kejauhan tampak debu membumbung ke angkasa dari kejauhan di latar belakangi Pegunungan Sebatung di daratan Pulau Laut.
Tampak beberapa titik dari kejauhan di daratan Pulau Laut pemandangan yang berwarga kecoklatan diantara yang berwarna hijau.
Berwarna kecoklatan, apakah itu ?
Itu adalah bukit yang gundul tak ada pepohonan yang tumbuh karena dijadikan lokasi pertambangan batubara dan yang akan digali selanjutnya.
Hari ini warga daratan Pulau Laut masih bisa tersenyum dengan adanya aktivitas pertambangan batubara itu. Entah senyum gembira karena ikut berkerja di perusahaan tambang dengan gaji lumayan besar, atau senyum kecut karena tak dapat apapun selain jadi penonton.
Dilansir dari Tribunnews, dari beberapa titik lahan konsesi penambangan diantaranya berada di wilayah Desa
Sungup Kecamatan Pulau Laut Tengah Kabupaten Kotabaru, sejak beberapa waktu lalu digarap oleh PT Sebuku Tanjung
Coal (Sebuku Group).
Dari jalan umum yang ada di daratan Pulau Laut itu, tampak sejumlah truk jungkit (HD) berukuran besar yang digunakan untuk mengangkut OB (Over Burden) atau tanah galian tambang.
Belum bisa dibayangkan akan seperti apa nantinya wajah daratan Pulau Laut, pulau kecil itu dari angkasa pasca pertambangan, apalagi tak direklamasi sesuai protokol lingkungan seperti yang terjadi di bekas tambang-tambang yang berada di daratan Pulau Kalimantan khususnya wilayah Kalsel.
Secara ekonomi mungkin menguntungkan dengan adanya pertambangan batubara, tapi berbagai dampaknya juga harus mulai dipikirkan dari sekarang.
Menyusutnya sumber air karena pembukaan lahan untuk tambang yang menghilangkan pepohonan sebagai penyerap air hujan. Diketahui selama ini warga daratan Pulau Laut selalu kesulitan air bila musim kemarau berkepanjangan.
Lubang-lubang bekas galian tambang yang tak ditutupi pasca tambang; akan menampung air dalam debit yang sangat besar. Bayangkan saja kalau sampai air tersebut meluap menyebar ke berbagai arah ke lokasi yang lebih rendah.
Penolakan terhadap eksploitasi daratan Pulau Laut Kotabaru untuk pertambangan; sudah berkali-kali dilakukan warga melalui beberapa Ormas, tapi 'the show must go on', penolakan warga dikalahkan oleh berbagai kepentingan yang berdalih pertambangan itu untuk menambah kocek atau kas daerah, membuka lapangan pekerjaan, serta meningkatkan perekonomian warga. Entahlah apakah itu semua terbukti benar, atau kepentingan para Kapitalis berebut sumber alam untuk kepentingan dan kemakmuran kelompok mereka.
Dulu dalihnya juga begitu ketika mereka akan mengeksploitasi daratan Pulau Kalimantan untuk pertambangan, tapi coba ingat kembali; apakah para warga di sekitar tambang tersebut kehidupannya makmur ? Apakah perusahaan-perusahaan tambang itu betul-betul merekrut warga sekitar tambang sebagai pekerjanya ? Silakan ingat kembali.
Yang jelas terbukti adalah alam yang ditambang itu banyak menghasilkan lubang-lubang berukuran raksasa dengan kedalaman puluhan bahkan ratusan meter, menjadi penampungan air. Coba berkunjung ke Geronggang, Tanjung Batu, Tanah Rata, Durian Gantang, Gunung Batubesar, Sepapah, Senakin, Pudi, Serongga, Sehapi di wilayah Kelumpang Kabupaten Kotabaru, apakah warga disana kehidupannya makmur ? Atau berkunjung ke Sebamban, Sungai Loban, Angsana, Satui, Kusan Hulu, Mantewe di Kabupaten Tanah Bumbu ? Setali 3 uang.
Kita berharap bencana alam terutama banjir tak lagi terjadi akibat adanya kegiatan pertambangan yang merusak tidak saja hutan tapi juga struktur tanah. Saatnya Pemerintah lebih berpihak kepada rakyat dengan memperketat perijinan tambang dan aturan reklamasi pasca tambang, sehingga tak menambah lubang bekas tambang yang jumlahnya kini lebih 8 ratusan.
#SavePulauLaut. (Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Momentar Anda adalah cerminan otak Anda, maka lebih baik diam daripada sok tahu.