Selamat Natal.
Ungkapan yang nyaris setiap tahun menjadi kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia dengan pertanyaan; bolehkah mengucapkan Selamat Natal bagi umat Islam kepada para saudara sebangsa dan setanah air yakni umat Kristiani.
Kontroversi kalau dikaitkan dengan agama karena dianggap menyangkut akidah yang berhubungan erat dengan soal Ketuhanan (teologi, tauhid) yang mana Islam mengakui hanya Allah Tuhan Yang Maha Esa (Tunggal) baik di dunia maupun di akhirat tanpa bentuk yang bisa dibayangkan apalagi digambarkan (visualisasi) oleh imajinasi yang bagaimanapun oleh manusia, apalagi Tuhan yang bisa berinkarnasi maupun menyatu ke dalam makhluk (hulul).
Terlepas dari soal agama tapi ditinjau dari sisi sosial sebagai sesama makhluk sosial tentunya (zoon politicon); maka akan terdapat perbedaan pendapat soal mengucapkan Selamat Natal yang untuk sebagian orang (baca; Muslim) sebagai bentuk dari realisasi toleransi antar sesama umat manusia.
Mengucapkan, hanya mengucapkan; dalam tanda kutip, bukan ikut merayakan, karena Natal diperingati oleh umat Kristiani tak sekedar peringatan tapi perayaan yang dirangkai dengan ibadah religi sesuai tuntunan agama tersebut. Akan sama halnya ketika umat Islam memperingati sekaligus merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulid); yang juga dirangkai dengan semacam peribadatan meski bukan wajib alias sunat, maka tentu saja tak akan diikuti oleh para umat agama lain, namun tentu berbeda jika mereka yang Non Muslim hanya sekedar mengucapkan Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW.
Karena takut 'menyerempet' ranah akidah sehingga tak sedikit kalangan yang termasuk umat Islam yang mengucapkan; Selamat Natal bagi yang merayakannya.
Persepsi setiap orang apapun agama dan kepercayaannya tentu berbeda-beda dan memiliki dasar pemikiran serta pemahaman yang ia pelajari dan miliki. Ada mereka yang berpendapat kalau Yesus Kristus yang lahir di kandang domba itu identik atau sama dengan Nabi Isa AS yang merupakan sekaligus Rasul yang wajib diimani oleh tiap Muslim dan Muslimah. Namun tak sedikit kalangan pula yang membantah kalau Yesus Kristus bukanlah Nabi Isa AS, karena Yesus Kristus disalib, sedangkan Nabi Isa AS tidak.
Bagi Muslim yang puritan (fanatik, ortodox) pasti sangat tabu dan menganggap 'haram' hukumnya meski sekedar mengucapkan Selamat Natal. Kemungkinan akan berbeda dari Muslim yang moderat dan toleran yang tak mempermasalahkan mengucapkan sekedar Selamat Natal.
Tapi kalaulah dikaitkan dengan Nabi Isa AS; yang juga Nabi-nya umat Islam, kemungkinannya bisa saja diterima secara logika kalau mengucapkan Selamat Lahir (maulid) kepada Nabi Isa AS, karena Nabi Allah itu pernah lahir dan pasti punya waktu lahir meski tak tahu persis kapan beliau lahir atau dilahirkan oleh Siti Maryam.
Tulisan di atas berdasarkan logika dan asumsi penulis, bukan mendasarkannya pada agama meski ada kaitannya dengan 2 agama Samawi (Abrahamik). Selamat Natal untuk Yesus, Selamat Lahir untuk Nabi Isa AS. (Pen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Momentar Anda adalah cerminan otak Anda, maka lebih baik diam daripada sok tahu.